suhud rois

Guru di SD Peradaban Insan Mulia. Penulis. Editor MediaGuru. Penggerak Komunitas Guru Belajar Nusantara. Pelatih Kampus Guru Cikal ...

Selengkapnya
Navigasi Web
(Dari Dulu) Aku (Belajar Jadi) Guru Merdeka Belajar
Pendidikan seharusnya memerdekakan, membuat anak bebas berekspresi dan mengeluarkan pendapat. Pendidikan harus dirancang sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Pendidikan bukan ajang kompetisi untuk meraih prestisius demi memuaskan ambisi guru dan orangtua.

(Dari Dulu) Aku (Belajar Jadi) Guru Merdeka Belajar

Entah kenapa setiap mendengar kata ‘merdeka’ yang terlintas di benak saya selalu tentang perjuangan para pejuang kemerdekaan. Apakah Anda juga demikian? Saya pikir kebanyakan masyarakat Indonesia punya pemikiran serupa. Sehingga hiasan ataupun ornamen untuk memeriahkan peringatan kemerdekaan tidak jauh dari segala sesuatu yang berhubungan dengan perjuangan tersebut.

Di gapura-gapura sangat umum kita jumpai bambu runcing yang disusun sebagai pemanisnya. Bahkan tak jarang digambarkan berdarah-darah. Atau boneka dari berbagai bahan yang merepresentasikan seorang tokoh yang sedang berperang.

Tentu saja tak ada yang salah dengan semua itu. Bayangan kita tentang kemerdekaan memang (masih) tentang perjuangan kemerdekaan. Mungkin ini juga salah satu cara untuk mengingatkan jasa dan pengorbanan para pendahulu kita. Dan tentu saja saya tidak akan membahas tentang hal ini. Saya hanya ingin mengajak kita mulai melangkah lebih maju. Kita mulai beranjak dari romantisme mengenang apa yang sudah diperjuangkan. Bukan untuk melupakannya, tapi justru terus melestarikan dengan usaha yang kekinian.

Mari kita perkaya bayangan kita tentang kemerdekaan, bukan semata perjuangan bersenjata yang berdarah-darah. Bukan tentang bebasnya kita dari belenggu kekuasaan negara lain. Merdeka berarti bebas, tapi bukan sebebas-bebasnya. Bukankah kita memang tidak akan pernah bisa bebas sebebas-bebasnya?

Nah, ini dia. Dalam kemerdekaan ada aturan, norma, dan etika yang sebenarnya bukan membatasi, tetapi mengarahkan agar kebebasan tersebut bisa dilakukan secara tertib serta tidak mengganggu kebebasan pihak lain.

Saya ingin menyempitkan hal ini dalam dunia pendidikan. Anak-anak kita adalah anak-anak yang merdeka. Mereka berhak menikmati kebebasan mereka dalam koridor hak untuk tumbuh dan berkembang. Tentu saja mereka perlu bimbingan. Saya sebagai seorang guru merasa perlu melakukan pengarahan.

Saya punya tanggung jawab untuk mengembangkan mereka. Maka saya susun target yang harus mereka capai. Saya kasih jalan yang mereka harus lalui. Saya tentukan kapan mereka harus jalan, kapan berhenti, dan kapan harus berlari. Saya tentukan bagaimana cara mereka melakukan sesuatu. Saya merasa bertanggung jawab dengan cara seperti itu.

Kemudian saya terhenyak. Anak-anak itu, mereka tidak lagi menjadi dirinya yang utuh. Mereka menjadi kuda tunggangan untuk ambisi saya, dengan dalih pengembangan diri anak. Anak-anak itu sudah tidak merdeka lagi. Kemerdekaan mereka telah saya renggut.

Ada apa dengan saya ini? Bukankah pendidikan itu seharusnya memerdekakan? Merdeka dari kungkungan kejumudan dan ketertinggalan. Merdeka untuk berkembang sesuai potensinya. Alih-alih saya justru menciptakan penjara. Mengerangkeng mereka dengan segala aturan, petuah, dan target prestisius. Apa yang mereka kerjakan bukan untuk diri mereka, tapi untuk saya. Saya menjelma menjadi monster penguasa yang haus kepuasan pribadi.

Pendidikan seharusnya memerdekakan, membuat anak bebas berekspresi dan mengeluarkan pendapat. Pendidikan harus dirancang sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Pendidikan bukan ajang kompetisi untuk meraih prestisius demi memuaskan ambisi guru dan orang tua.

Kita masih harus belajar merdeka. Merdeka sebagai bangsa. Merdeka sebagai stake holder pendidikan. Belajar mengusung pembelajaran yang memerdekakan. Sekian, terimakasih.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul, Bu. Merdeka itu tidak berarti tanpa aturan. kalau tana aturan namanya liar.

18 Dec
Balas

Merdeka, Mas

12 Dec
Balas

Waduh ternyata tanpa kita sadari kita menjelma menadi monster-monster yang selalu meneror anak-anak kita. Good article.

12 Dec
Balas

Terima kasih

18 Dec

Merdeka, merdeka dan merdeka. tentu tidak menyalahi aturan. Sukses selalu dan barakallahu fiik

12 Dec
Balas

Aamiin

18 Dec

Semoga kita diberikan kesempatan untuk benar-benar merdeka.

12 Dec
Balas

merdeka memang impian setiap orang tapi harus punya rambu-rambu

13 Dec
Balas



search

New Post