Benarkah Sudah Agustus?
Agustus sudah benar-benar datang. Di pinggir jalan mulai marak orang berjualan bendera dan umbul-umbul. Di depan rumah saya sudah beberapa kali melintas penjual tiang bendera.
O, ya. Anda sudah punya bendera? Sudah dipasang?
Kalau belum punya bendera, singgahlah di lapak penjual bendera. Sapalah penjualnya. Sebelum melanjutkan perjalanan, jangan lupa membeli bendera. Paling tidak satu. Tidak dilarang mau lima atau tujuh.
Buat apa banyak-banyak? Kemungkinan besar Anda bertanya seperti itu. Ya tentu saja bukan untuk dipasang di depan rumah sendiri. Untuk yang ini, cukup satu bendera saja. Yang lain bisa Anda berikan kepada orang yang tidak mengibarkan bendera di depan rumahnya karena tidak mampu membelinya. Entah karena memang tidak cukup uang untuk membelinya atau tidak cukup mempunyai rasa nasionalisme.
Bendera-bendera itu juga bisa Anda berikan kepada orang-orang yang memasang bendera lusuh peninggalan nenek moyangnya. Biar bendera yang berkibar adalah bendera yang cerah. Itung-itung mencerahkan wajah muram negeri ini.
Balik lagi. Ketika membeli bendera tadi, jangan nawar. Kalau perlu, kasih uang lebih. Di minimarket yang punyanya konglomerat saja Anda rela tidak diberi kembalian, masa beli ke pedagang kecil pake nawar?
Kalaulah Anda masih punya bendera, tetaplah membelinya. Momen menjual bendera hanya setahun sekali. Setelah 17 Agustus, para pedangan bendera harus berpikir memulai usaha baru lagi.
Dengan membeli bendera, setidaknya Anda telah membantu hidupnya perekonomian rakyat. Membantu masyarakat bawah merdeka ekonomi.
Kenapa jadi panjang membahas bendera? Saya sebenarnya mau menulis tentang hal lain.
Setiap Agustus, seluruh penjuru negeri kita begitu meriah. Berbagai hiasan dihamparkan. Sebagian besar berwarna merah dan putih. Berbagai kegiatan digelar. Wajah-wajah cerah melukis senyum di kemarau yang gerah.
Ga tahu tahun ini. Apakah semua kemeriahan hanya virtual? Sebenarnya tidak masalah perayaan kemerdekaan dilaksanakan secara virtual. Bukan cara atau medianya, yang penting adalah mindset merdeka.
Ya, jiwa merdeka yang penting. Merdeka atau tidak, kitalah yang menentukan. Sudah diberi kemerdekaan, tetapi kita mengungkung diri sendiri dengan beragam dalih dan pembenaran, hilanglah jiwa merdeka dari diri kita.
Sebaliknya, di tengah tekanan dan pasungan, bila mampu menentukan sikap, maka kemerdekaan sejati menjadi miliknya. Sekali lagi, merdeka itu soal jiwa.
Merdeka itu selalu menuju hal baru. Orang yang merdeka, selalu berubah. Bukan plin-plan, melainkan berkembang dan bergerak maju.
Anda, sejauh mana bergerak? Sebesar apa perkembangan Anda? Maaf, ini bukan tentang berapa kilo pertambahan berat tubuh Anda.
Ah, kenapa pandemi Covid-19 sering dijadikan kambing hitam bergeraknya jarum timbangan? Itu ciri orang yang tidak merdeka: mencari kambing hitam.
Apa yang sudah berubah dalam praktik mengajar Anda selama PJJ? Sudah berapa video yang Anda unggah di youtube? Sudah berapa subscriber Anda?
Saya bukan mau mematahkan semangat. Mari kita lihat lagi konten video-video kita. Apakah sudah kaya atau isinya hanya ceramah kita saja? Katanya harus 4C, kok kebanyakan ceramah dan latihan soal, ya?
Tidak salah juga video diunggah di medsos atau youtube. Mari kita tanya diri sendiri: untuk apa? Kenapa harus minta banyak orang untuk jadi subscriber?
Jawabannya akan menentukan apakah diri kita adalah guru dengan jiwa merdeka atau tidak.
Waallahua’lam bishawab.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisan yang sangat bagus. Sukses selalu Pak Suhud.Barakallah
Terima kasih. Aamiin.
Bagus pak menambah wawasan.
Mantul pak, kl bukan kita siapa lg
Siap
Alhamdulillah, Mas. Kita sudah merdeka. Buktinya kita dapat menulis buku
Alhamdulillah. Luar biasa.
Mantab Pak Suhud.
Hatur nuhun
Benar sekali Mas Suhud, kita merdeka yg terbelenggu jiwa
Iya, Bu.
Keren banget pa tulisan nya sangat menyentuh kita para guru bingung pembelajaran Daring ini penyampaian materi sangat tidak maksimal
Terima kasih, Bu
Keren....
Terima kasih