Belajar Daring Bahaya Jika Melupakan Literasi Digital
Hampir dapat dipastikan, sebagian besar guru saat ini fokus memberikan materi pembelajaran secara. Berbagai aplikasi mereka pakai. Beragam media mereka gunakan. Bahkan ada yang berusaha memanfaatkan untuk kepentingan lain. Misalnya menambah penghasilan atau mendapatkan penggemar.
Ada juga yang begitu bangga ketika bisa melaksanakan pembelajaran secara daring. Entah karena apa. Ya, memang, setiap momen bisa dijadikan ajang apa saja.
Maraknya pembelajaran daring, tidak dapat disangkal , merupakan geliat kemajuan. Banyak guru yang mau belajar. Banyak guru yang mau bergerak. Tak sedikit yang terbuka mata hatinya, menjadi guru yang tercerahkan.
Namun, sebenarnya pembelajaran daring masih menyisakan PR besar. Guru fokusnya membuat konten materi dan menyebarkannya. Padahal, ketika murid lebih banyak waktunya mengakses dunia virtual, ada potensi dia tersesat dan terjebak.
Dunia digital ibarat rimba lebat. Perlu bekal yang cukup untuk menelusurinya. Salah menentukan arah, fatal akibatnya. Tidak tahu medan, bisa celaka. Tidak waspada, bahaya mengintai. Siap memangsa.
Bekal untuk mengarungi dunia digital ini disebut literasi digital. Literasi itu terkait dengan keterampilan atau kemampuan. Bukan melulu tentang buku. Nah, apa sajakah lterasi digital sebagai bekal menjelajah dunia virtual? Cekidot!
1. Digital citizen identity
Kemampuan mengatur keamanan identitas, baik secara daring maupun luring. Tidak sembarangan memberikan identitas.
2. Screen time management
Kemampuan mengatur waktu mengakses dunia virtual (internet) dengan kontrol diri yang mumpuni. Termasuk penggunaan gawai secara luring (offline).
3. Cyberbullying management
Kemampuan mendeteksi cyberbullying dan menyikapinya dengan bijak.
4. Cybersecurity management
Kemampuan melindungi data dengan password yang kuat dan mengelolanya dengan baik. Termasuk mampu mendeteksi adanya usaha peretasan data.
5. Privacy management
Kemampuan menjaga informasi (foto, dsb.) pribadi. Juga menjaga keamanan privasi orang lain.
6. Critical thinking
Kemampuan mengidentifikasi informasi yang benar atau hoaks, konten yang bagus atau sampah, kontak yang benar atau jebakan.
7. Digital footprint
Kemampuan bertanggung jawab dengan memikirkan konsekuensi atas apa pun yang ditinggalkan di dunia digital.
8. Digital emphaty
Kemampuan menunjukkan empati dalam interksi secara daring. Biasanya lewat media sosial.
Kemampuan-kemampuan itu tidak boleh dinafikan. Jangan sampai ramai-ramai menggiring anak-anak memasuki rimba belantara, tapi kita tidak menyiapkan mereka dengan bekal agar selamat di dalamnya. Relakah kita mereka jadi korban keganasan dunia digital?
Wallahu a’lam bishawab.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terimakasih informasinya pak...moga sehat dan sukses slalu
Sama Bu. Trm kasih doanya. Amin.
Terima kasih ilmunya mas
Sama2,Bu
Terima kasih pencerahannya pak, sangat bermanfaat
Sama2
Mudah-mudahan guru kita memahami semua itu ya pak.....Sehingga anak-anak terhindar dari 8 faktor dan fakta yang ada.....
Aamiin
Terimkasih sudah berbagi..dan mohon izin untuk share di grup wa kami....
Terimakasih pak ilmu.Sangat bermanfaat.
Sama2 Bu
Info yang sangat bermanfaat Pak Suhud. Keren. Salam literasi, sukses selalu.
Salam. Amin.
subhanalloh terima kasih ilmunya Bapak agar kami lebih hati-hati dan teliti dalam mengajar daring. good luck
Sama2 Bu